Bacaan: 177-190Salah satu aplikasi stoisme(filosofi teras) adalah bagaimana harus bersikap dan bertindak di dalam kesusahan,musibah,dan bencana.Bagaimana sesuatu yang eksternal dianggap sebagai,tidak baik dan tidak buruk.
Tidak ada peristiwa hidup yang bisa kitasebut "baik" atau ":buruk",yang ada hanyalah interprestasi kita.
Filosofi teras mengajarkan untuk melihat kesulitan dan tantangan sebagai ujian.Interprestasi kita bisa makin memperburuk kondisi kita.Misalnya,dengan terus-terusan bertanya"Salah apa saya sampai tertimpa ini?" Atau "Saya sudah berbuat baik,mengapa Tuhan tidak adil?". Dan berbagai interprestasi lain yang mengubah situasi.pikiran-pikiran ini adalah irasional menurut FIlosofi Teras,karena kita menghabiskan energi untuk hal-hal yang diluar kendali kita.
FIlosofi Teras mengajarkan kita untuk menginterprestasi peristiwa negatif sebagai ujian,kesempatan untuk menjadi lebih baik.
"Kesusahan yang datang terus-menerus membawa berkah iniLmereka yang selalu tertimpanya,akhirnya akan diperkuat olehnya."-Seneca
FIlosofi Teras mengajarkan saya,bahkan dalam berjuang kita tidak harus menang untuk bisa mencapai tujuan,kita hanya perlu belajar dari kekalahan untuk mendapatkan kemenangan selanjutnya,sudah berapa banyak orang sukses yang dulunya jatuh?,Walt disney yang dipecat karena dianggap kurang imajinasi dan misin ide,Guru Thomas Edison yang mengatakan bahwa ia terlalu bodoh untuk belajar apapun,naskah harrypoter ditolak oleh 12 penerbit besar sampai akhirnya diterbitkan.Kerja keras mereka tidak melulu berjalan sempurnah,jatuh berkali-kali hingga dapat berdiri lagi dan menjadi lebih baik.Keuntungan di kesusahan yang kita lalui bergantung pada diri kita,bagaimana kita memanfaatkan interprestasi kita.
Melawan Pola Pikir Destruktif
Destruksi merupakan suatu perlakuan untuk melarutkan atau mengubah sampel menjadi bentuk materi yang dapat diukur sehingga kandungan unsur-unsur didalamnya dapat dianalisis.(Menganalisis suatu obyek)
Dalam meghadapi musibah,ada pola pikir yang merusak yang harus kita lawan.
DIsebutkan pada halaman ini mengenai pola pikir 3P yang menurt psikolog Martin seligman bisa menghambat kita untuk pulih dari musibah.Pola pikir 3P itu adalah:
-Personalization.Menjadikan musibah sebagai kesalaha pribadi\
-Parvasiveness.Menganggap musibah disuatu aspek hidup sebagai musibah di seluruh aspek hidup
-Permmanence. Keyakinan bahwa akibat dari sebuah musibah/kesulitan akan dirasakan terus menerus.
Pola 3P ini bukanlha fakta,tetapi murni konstruksi di dalam kepala kita sendiri.
Konsep 3P tersebut membantu kita mengidentifikasi pola pikir apa yang harus dihindari disaat kita tertimpa kesusahan/musibah.Minimal dengan adanya Pola 3P ini,kita bisa cepat menyadari saat mulai terjebak dalam pola menyalahkan diri sendiri,,atau membiarkan masalah merembet ke mana-mana,atau ,emganggap perasaan duka ini akan selamanya.
Menerima Penderitaan
Kita tadi sudah diingatkan bahwa apa yang kita sebut sebagai "bencana","musibah","kesulitan", dan lainnya adalah konstruksi mental kita sendiri.Stoisme melihat peristiwa,apapun itu,sebagai sebuah fakta objektif.Makna dari peristiwa itu datang dari kita sendiri,dan karenanya kita punya pilihan hendak memaknainya sebagai hal buruk,atau sebagai hal yang baik.
Menang dengan Bertahan
KIta tidak diharapkan untuk menang dengan cara "mengalahkan" cobaan.Didalam Filosofi Teras,kemenangan kita atas cobaan dan kesusahan hidup yang diperoleh dengan bertahan dan "melawan lawan kita".Saat cobaan,kesusahan,bencana terasa begitu berat melanda,yang diminta dari kita bukanlha teori,startergi,tips,dan trik yang canggih-canggih.Stoisme hanya meminta kita untuk cukup "bertahan" tetap teguh,bagai tebing karang yang tidak bisa dikalahkan badai.
Latihan Menderita
Apakah kita bisa melepaskan kenyamanan yang bisa kita nikmati selama beberapa hari?,Apakah hidup melarat sungguh-sungguh menakutkan?Apakah kondisi berkekurangan ini adalah sebuah bencana besar dalam hidup kita?ataukah saat dijalani ternyata tidak semenakutkan itu yang kita pikirkan(walaupun tetap tidak nyaman).Karena ternyata kita bisa hidup dengan segala kenyamanan yang berlebih.Inggatlha bahwa kekayaan kenyamanan,fasilitas yang kita dapatkan bukanlha sesuatu yang bisa kendalikan,kita bisa mencoba yang sering menaiki motor ke sekolah padahal dekat ,mencoba memakai sepatu,yang setiap hari nya memakan makanan enak,baju yang bagus,cobalha untuk memakai baju kusam,dan jelek dengan bahan yang tidak senyaman yang biasanya kita pakai,cobalah untuk makan makanan yang sederhana,dan katakan"apakah ini terasa begitu menakutkan?","apakah ini terasa menderita?" percobaan ini dapat dilakukan 1-4 hari,pada akhirnya kita akan beradaptasi dengan hal-hal baru ini,dan jika kita kembali ke kehidupan kita sebelum nya,kita akan terasa lebih bahagia,karna sejujurnya apapun yang membuat kita senang akan kehilanggan kenikmatan nya.Practic ini bermanfaat untuk membentuk rasa percaya diri,sehingga kita bisa menanggung musbah dengan tabah dan kuat.Manfaat akhirnya juga adalah untuk mengajak kita (yang lebih beruntung) sesekali keluar dari kenyamanan yang telah kita anggap "normal" dan menyadari ada jutaan orang lainnya yang tidak seberuntung kita dan bisa merasakan yang mereka lalui setiap hari(bersyukur).
foto tanaman:
Hari ini dilakukan sebuah tes kepribadian dan saya mendapatkan hasil yang saya rasa sangat mengambarkan saya diwaktu sekarang
Personality type: Mediator (INFP-A)
Traits: Introverted – 61%, Intuitive – 52%, Feeling – 51%, Prospecting – 63%, Assertive – 72%
Role: Diplomat
Strategy: Confident Individualism
Meskipun mereka mungkin tampak pendiam atau sederhana, Mediator (INFP) memiliki kehidupan batin yang bersemangat dan penuh gairah. Kreatif dan imajinatif, mereka dengan senang hati tenggelam dalam lamunan, menciptakan segala macam cerita dan percakapan dalam pikiran mereka. Kepribadian ini dikenal karena kepekaannya – Mediator dapat memiliki respons emosional yang mendalam terhadap musik, seni, alam, dan orang-orang di sekitar mereka.
Idealis dan empati, Mediator merindukan hubungan yang mendalam dan penuh perasaan, dan mereka merasa terpanggil untuk membantu orang lain. Tetapi karena tipe kepribadian ini merupakan bagian kecil dari populasi, Mediator terkadang merasa kesepian atau tidak terlihat, terombang-ambing di dunia yang tampaknya tidak menghargai sifat yang membuat mereka unik.
Kekuatan Mediator (INFP).
- Empati – Mediator tidak hanya peduli dengan orang lain secara abstrak. Kepribadian ini sebenarnya bisa merasakan emosi orang lain, dari suka dan duka hingga duka dan penyesalan. Karena kepekaan ini, Mediator cenderung bijaksana dan baik hati, dan mereka membenci gagasan menyakiti siapa pun, bahkan tanpa sengaja.
- Dermawan – Mediator jarang menikmati kesuksesan dengan mengorbankan orang lain. Mereka merasa terpanggil untuk membagikan hal-hal baik dalam hidup mereka, memberikan penghargaan yang pantas, dan mengangkat orang-orang di sekitar mereka. Kepribadian ini ingin berkontribusi pada dunia di mana setiap suara didengar dan tidak ada kebutuhan yang tidak terpenuhi.
- Berpikiran Terbuka – Toleran dan menerima, Mediator mencoba untuk tidak menilai keyakinan, gaya hidup, atau keputusan orang lain. Ini adalah tipe kepribadian yang lebih memilih belas kasih daripada mencari-cari kesalahan, dan banyak Mediator merasakan empati bahkan terhadap mereka yang telah berbuat salah. Karena mereka begitu menerima, Mediator sering kali menjadi orang kepercayaan bagi teman dan orang yang mereka cintai – dan kadang-kadang bagi orang asing.
- Kreatif – Mediator suka melihat sesuatu dari perspektif yang tidak konvensional. Beberapa hal memberi mereka lebih banyak kesenangan daripada membiarkan pikiran mereka mengembara melalui segala macam ide dan kemungkinan dan lamunan. Maka tidak mengherankan jika banyak Mediator tertarik pada pengejaran kreatif - atau bahwa tipe kepribadian ini terwakili dengan baik di antara penulis dan seniman.
- Bergairah – Ketika sebuah ide atau gerakan menangkap imajinasi mereka, Mediator ingin memberikan sepenuh hati untuk itu. Orang dengan tipe kepribadian ini mungkin tidak selalu blak-blakan, tetapi itu tidak mengurangi perasaan kuat mereka terhadap suatu tujuan yang sesuai dengan keyakinan dan keyakinan mereka.
- Idealistis – Mediator berusaha untuk mengikuti hati nurani mereka, bahkan ketika melakukan hal yang benar tidaklah mudah atau nyaman. Mereka jarang melupakan keinginan mereka untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh tujuan – kehidupan yang membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Kelemahan Mediator (INFP).
- Tidak realistis – Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang sempurna – dan itu bisa menjadi kebenaran yang sulit diterima oleh Mediator. Orang dengan tipe kepribadian ini bisa menjadi orang romantis yang putus asa, dengan visi berwarna mawar tentang seperti apa hidup mereka seharusnya. Hal ini dapat membuat Mediator kecewa ketika kenyataan tak terelakkan jauh dari impian mereka.
- Mengisolasi Diri – Mediator ingin sekali berhubungan dengan orang lain, tetapi mereka tidak selalu tahu caranya. Terutama di lingkungan baru, Mediator mungkin enggan menempatkan diri mereka di luar sana dengan cara yang akan membantu mereka mendapatkan teman baru atau terlibat dalam komunitas baru. Akibatnya, orang dengan tipe kepribadian ini terkadang merasa kesepian atau terisolasi.
- Tidak fokus – Sifat imajinatif dan introspektif mediator tidak selalu mendukung produktivitas. Banyak Mediator merasa frustrasi dengan betapa sulitnya mereka merasa lelah dan menyelesaikan sesuatu. Masalahnya bukan karena mereka tidak mampu – melainkan, mereka mengalami masalah ketika mereka begitu terperangkap dalam ide dan cita-cita yang berbeda sehingga mereka gagal untuk berkomitmen pada suatu tindakan.
- Rentan Secara Emosional – Keselarasan emosional dari kepribadian ini adalah salah satu kekuatan terbesar mereka. Namun, kecuali Mediator menetapkan batasan, mereka berisiko menyerap suasana hati atau sikap negatif orang lain.
- Putus asa untuk Menyenangkan - Konflik cenderung membuat stres bagi Mediator, yang mendambakan keharmonisan dan penerimaan. Ketika seseorang tidak menyukai atau tidak menyetujuinya, kepribadian ini mungkin terpaku untuk mencoba menjernihkan suasana dan mengubah pikiran orang tersebut. Sayangnya, keinginan Mediator untuk menyenangkan orang lain dapat menguras energi mereka, menutupi kearifan batin mereka dan kesadaran mereka akan kebutuhan mereka sendiri.
- Self-Critical – Mediator percaya pada potensi unik mereka, dan mereka sangat ingin hidup sesuai dengan itu. Tetapi ini dapat menyebabkan mereka memiliki harapan yang tidak realistis untuk diri mereka sendiri. Ketika Mediator gagal memenuhi visi ini, mereka mungkin menuduh diri mereka sendiri tidak berguna atau egois atau sangat tidak mampu. Diambil terlalu jauh, kritik diri ini dapat mematahkan semangat Mediator, membuat mereka menyerah bahkan pada impian tersayang mereka.
Jalur Karir
- Banyak Mediator (INFP) mendambakan karir yang tidak hanya mengurusi tagihan tetapi juga terasa memuaskan. Mereka ingin menghabiskan hari-hari mereka melakukan sesuatu yang benar-benar mereka sukai, sebaiknya tanpa terlalu banyak tekanan atau drama.
Bagi Mediator, jalur karier yang ideal harus terasa seperti panggilan, bukan sekadar pekerjaan. Dan jika itu tidak melibatkan terlalu banyak interaksi sosial atau panggilan telepon yang menguras tenaga, itu lebih baik.
Pernah idealis, Mediator mungkin berjuang untuk menemukan profesi yang memenuhi kebutuhan praktis mereka dan memenuhi impian mereka. Kepribadian ini mungkin terhanyut dalam frustrasi, menunggu pekerjaan yang sempurna muncul dengan sendirinya dan akhirnya merasa mandek atau khawatir bahwa mereka tidak memenuhi potensi mereka.Sayangnya, tidak ada pekerjaan yang sempurna, dan pertanyaan apakah harus puas dengan posisi yang kurang ideal dapat sangat membebani orang dengan tipe kepribadian ini. Untungnya, kreativitas, kemandirian, dan keinginan tulus Mediator untuk terhubung dan membantu orang lain dapat membantu mereka bersinar – dan menemukan kepuasan – di hampir semua bidang pekerjaan.
Hubungan Romantis
Mediator (INFP) adalah pemimpi dan idealis, terutama dalam hal romansa. Orang dengan tipe kepribadian ini percaya pada kekuatan dan keindahan cinta sejati, dan mereka dengan tulus berharap untuk tidak pernah puas dengan hal yang kurang dari itu.
Maka, adil untuk mengatakan bahwa Mediator mendekati dunia romansa dengan harapan tinggi. Mereka mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun melamun tentang hubungan yang sempurna, membayangkan bagaimana rasanya berbagi diri terdalam dengan orang lain. Tetapi kenyataan berkencan bisa mengejutkan Mediator, memaksa mereka bergulat dengan pertanyaan yang menantang: Jika mereka ingin menjalin hubungan, apakah mereka harus berkompromi dengan cita-cita mereka?
Romantisme Tanpa Harapan
Mediator tidak hanya ingin mencari pasangan – mereka ingin terhubung dengan belahan jiwa. Bijaksana dan berpikiran terbuka, kepribadian ini umumnya bersedia mempertimbangkan untuk berkencan dengan semua jenis orang. Mediator membanggakan diri atas kemampuan mereka untuk mengabaikan ciri-ciri dangkal pasangan potensial – seperti penampilan, status sosial, atau kepemilikan – dan berfokus pada tanda-tanda kecocokan yang lebih dalam dan lebih berarti.
Mediator berbagi keyakinan bahwa dua orang dapat bersatu dalam suatu hubungan dan membuat satu sama lain lebih baik dan lebih bahagia daripada sebelumnya.
Tetapi akan menjadi suatu kesalahan untuk berpikir bahwa Mediator tidak memiliki standar yang terbentuk sebelumnya untuk orang penting lainnya. Dengan pikiran dan imajinasi yang aktif, orang dengan tipe kepribadian ini cenderung mengembangkan dan membawa serta visi pasangan ideal mereka – visi yang mungkin didasarkan pada karakter fiksi favorit, orang yang pernah mereka kenal, atau sekadar cerita yang mereka miliki. Saya telah memberi tahu diri mereka sendiri tentang bagaimana cinta "seharusnya" terlihat.
Ketika mereka bertemu seseorang yang baru, kebanyakan Mediator mau tak mau membandingkan orang itu dengan belahan jiwa ideal yang mereka impikan. Tidak mengherankan, perbandingan seperti itu cenderung menyingkirkan lebih dari beberapa calon mitra. Mungkin sulit – jika bukan tidak mungkin – bagi seseorang yang nyata, berdarah-daging untuk memenuhi impian-impian berharga seorang Perantara.
Berusaha
Seiring waktu, banyak Mediator belajar bahwa cinta sejati tidak terjadi begitu saja secara ajaib – dibutuhkan kompromi, pengertian, dan kerja keras. Lagi pula, tidak ada pasangan yang sempurna, dan bahkan hubungan yang paling indah pun memiliki tantangannya sendiri. Untungnya, orang dengan tipe kepribadian ini dapat menemukan banyak kegembiraan dalam upaya yang diperlukan untuk memperkuat suatu hubungan.
Ketika mereka jatuh cinta, Mediator mengungkapkan betapa gairah berdenyut di balik penampilan luar mereka yang tenang. Berbakti dan setia, mereka tetap menghormati kemandirian pasangannya, bertujuan untuk menerima pasangannya apa adanya. Meski begitu, kepribadian ini juga ingin membantu pasangannya belajar, tumbuh, dan mengejar tujuan mereka. Mediator selalu memimpikan cara untuk meningkatkan diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka, dan hal terakhir yang mereka inginkan adalah pasangan mereka merasa tidak bahagia atau mandek.
Kepribadian mediator menggunakan kasih sayang dan wawasan mereka untuk memahami orang yang mereka sayangi, dan mereka memanfaatkan kreativitas mereka untuk membuat pasangan mereka merasa istimewa.
Banyak orang dengan tipe kepribadian ini mendedikasikan diri mereka untuk membantu pasangannya meningkatkan kehidupan mereka. Meskipun ini adalah tujuan yang mulia, Mediator harus memastikan untuk melacak kebutuhan mereka sendiri dan memastikan pasangannya benar-benar siap untuk berubah. Asalkan mereka melakukannya, dukungan dan pengabdian Mediator dapat membuat semua perbedaan dalam kehidupan pasangan mereka.
Menemukan Apa yang Nyata
Mediator cenderung mempromosikan harmoni atas perselisihan. Meskipun ini memberikan stabilitas pada hubungan mereka, itu juga dapat menyebabkan masalah. Untuk menghindari memicu konflik, Mediator mungkin menghindari berbicara secara terbuka tentang hal-hal yang mengganggu mereka – sebagai gantinya, mereka mungkin secara mental terpaku pada masalah atau mencoba menyelesaikannya sendiri. Mereka mungkin juga fokus untuk membuat pasangannya bahagia, dengan mengorbankan prioritas dan perasaan diri mereka sendiri.
Orang dengan tipe kepribadian ini mungkin perlu mengingatkan diri mereka sendiri bahwa komunikasi yang terbuka dan jujur diperlukan dalam suatu hubungan, meskipun itu tidak selalu mudah. Nyatanya, momen keterbukaan seperti itu bisa mengubah hubungan menjadi lebih baik.
Selama mereka berkomunikasi secara terbuka, Mediator lebih dari mampu untuk tetap setia pada diri mereka sendiri dalam suatu hubungan – dan mendorong orang yang mereka sayangi untuk melakukan hal yang sama. Dengan membawa seluruh hati dan pikiran mereka ke dalam hubungan mereka, Mediator dapat menemukan apa artinya mencintai dan dicintai.